Hingga aku menemukan-Mu






Aku melihat tubuhku terbaring lemah, mataku terpejam saat orang-orang menangis untukku. Aku pun melihat kedua orang tuaku, mereka sangat berduka melihat aku dalam kondisi koma, karena terjatuh dari sebuah gedung bertingkat tinggi. 

Aku pun terbangun dari tidurku, aku menangis setelah bermimpi buruk. Ya, untaian kalimat di atas adalah cerita tentang mimpi yang kualami disalah satu bulan tahun 2016 lalu. Mimpi yang tak pernah aku lupakan, terngiang dalam benak setiap hari. Saat kudapati diri perlahan mulai melupakan mimpi itu. Lagi-lagi datang sebuah mimpi, kali ini mimpi itu menghampiri temanku. Sebut saja namanya Gita, dia bercerita padaku bahwa dia melihat aku dalam mimpinya. 

Sebenarnya ia tak berani mengungkapkan apa yang terjadi dalam mimpinya, dia takut aku khawatir karena mimpinya. “Gapapa, cerita aja.. lagipula itu hanya mimpi, semoga bukan sebuah pertanda” ucapku pada Gita. Dengan sedikit beban, dia pun bercerita. “Aku melihat kamu tenggelam di sebuah danau yang sangat dalam, kami semua sudah mencarimu, tapi kamu pun tak kunjung ditemukan”. 

Jujur saja, aku sedikit gelisah dengan cerita Gita. Bagaimana tidak, beberapa hari lagi aku akan terbang ke daerah Sumatera, yang mengharuskanku melewati luasnya lautan dari atas udara. Sempat terlintas dibenakku. Semoga ini benar-benar bunga tidur semata, bukanlah sebuah pertanda. Aammiinn

Waktu demi waktu berhasil aku lewati, hingga tiba saatnya aku melakukan perjalanan ke Palembang, Sumatera Selatan. Saat aku berada diatas udara, mataku awas, tak terpejam sedikit pun. Mulutku tak berhenti bergerak, melantunkan do’a-do’a sembari berharap agar perjalananku hari ini lancar. 

Aku jadi sangat takut naik pesawat. Kulihat luasnya lautan dari kaca jendela, sedikit gemetar rasanya, membayangkan bagaimana jika pesawat ini jatuh ke dasar sana? Rasanya aku benar-benar tidak siap, meninggalkan dunia dengan setumpuk dosa yang masih melekat. 

Alhamdulillah, dengan modal do’a dan pasrah. Akhirnya aku pun tiba ditujuan. Beberapa kelang waktu kemudian, aku melewati hari-hariku dengan ceria, dan sudah sedikit melupakan tentang “mimpi-mimpi” yang menakutkan bagiku.

Hingga suatu hari, mimpi menakutkan itu hadir kembali, Februari 2017.

Entahlah bagaimana bisa, seorang hamba bermimpi tentang waktu kematian yang akan menjemputnya. Di mimpi itu, aku melihat jelas “bulan” apa waktuku itu tiba. Ketika terbangun dari tidur, aku langsung menangis, menangis, dan menangis. Aku tak tahu, apakah ini memang sebuah pertanda.. jika memang tugasku di dunia tak lama lagi.

Lagi-lagi aku harus menerima “pesan” yang membuatku gelisah tak menentu. Hari-hari aku jalani dengan penuh kecemasan, pada saat itu hanya satu yang aku takutkan. Aku takut mati, karena aku tahu dosa-dosaku masih melekat pada tubuhku. Aku tidak siap dan aku tidak mau pergi, kalau dosa-dosa itu masih melekat. Hal lain yang aku pikirkan adalah kedua orang tuaku. Aku tahu, mereka pasti akan sangat terpukul, jika pada akhirnya aku memang harus pergi. 

Kegelisahan ini aku ceritakan kepada salah seorang temanku. Aku bercerita kepadanya dan aku menangis. Lagi-lagi aku belum siap, jika waktuku memang dekat. Keesokan harinya, temanku memberikanku sebuah bingkisan, aku menemukan selembar tulisan beserta khimar berwarna maroon. Ini adalah khimar pertamaku. Lembaran itu bertuliskan :
Dear Dina,
Jadilah muslimah yang indah karena pesona iman dan akhlak kita. Diawali dengan menjaga yang seharusnya kita jaga. Semoga istiqomah. – Chida.

Berawal dari lembaran inilah kisahku dimulai. Aku sangat berterima kasih kepada temanku, Asrida Juliana (Chida), yang membuat mataku perlahan terbuka, tentang apa itu “menjaga”. Kini terjawab sudah, aku menemukan sebuah jalan yang menghilangkan semua kegelisahanku, sebuah jalan yang aku yakin inilah satu-satunya jalan yang bisa menghapuskan dosa-dosaku, Hijrah.

Bagiku, hijrah itu tidak hanya sekadar adanya perubahan dalam berpenampilan, yang awalnya biasa-biasa saja. Kini mengenakan pakaian serba panjang sesuai syariat Islam (syar’i), khimar dan gamis. Namun, hijrah juga berbicara tentang niat, bahwa apa saja yang kita lakukan, hanya untuk meraih ridho-Nya.  

Aku niatkan diriku agar lebih mendekatkan diri kepada-Nya, selalu mengutamakan waktu-waktu hanya untuk-Nya, dalam setiap langkahku pikiranku hanya tertuju pada-Nya. Karena aku tahu, jikapun aku harus pergi. Aku akan pergi menemui-Nya. 

Kini aku tahu, alasan di balik “Mengapa Allah memberikanku mimpi yang menakutkan itu kepadaku?”. Karena aku yakin, Allah itu sangat mencintai hamba-hamba-Nya. Allah ingin mengingatkanku dan mengarahkanku untuk melangkah ke jalan yang lebih baik. Allah mengirimkanku pertanda, agar bisa kujadikan pelajaran. Bahwa kuasa-Nya sungguh nyata. Pengalaman spiritual ini adalah pengalaman paling berharga dalam hidupku. Hingga akhirnya aku menemukan-Nya kembali dalam hijrahku.
Fayna Faradiena
#Day3 #RamadhanInspiratif                                                                  Senin, 29 Mei 2017
#Aksara #Challenge #30HariMenulis

Comments

Popular Posts