Kado Terindah untuk Mama
Pernahkah terlintas dalam benak kita?
Hadiah apa yang pantas kita persembahkan untuk wanita paling istimewa, wanita yang sangat pantas
untuk kita hormati, cintai, dan kasihi.
Wanita itu adalah Mama.
Mama tak pernah berhenti untuk mencintai kita.
Mama juga tak akan pernah lelah berjuang untuk kita.
Dalam setiap langkahnya, aku yakin seorang mama tak pernah lupa untuk
memikirkan …..
“Masak apa yaaa hari ini? Agar anakku selalu sehat dan berkembang dengan
baik”
“Tak lama lagi anakku akan masuk
sekolah, aku harus menabung untuk membelikannya seragam, sepatu, dan buku yang
baru”
“Jauh disana anakku merantau, apakah
dia sudah makan? Bagaimana keadaannya? Apakah anakku baik-baik saja?”
“Anakku lebih membutuhkan uang ini,
sebaiknya aku dahulukan untuk keperluan anakku daripada kebutuhan pribadiku”
“Bagaimana pun juga, anakku harus
sekolah. Ia pantas mendapatkan pendidikan yang layak, dan aku akan terus
berjuang untuk mewujudkannya”
Secarik kalimat tersebut, hanyalah sebagian kecil dari apa yang selalu
Mama pikirkan setiap hari untuk anaknya. Bagaimana dengan kita? Apakah dalam
setiap langkah kaki kita juga selalu terpikir “Apa yang akan aku berikan untuk Mama?”.
Bagiku, seisi dunia ini tak mampu membayar kasih sayang Mama.
Wanita pertama yang pantas untuk kau buat bahagia adalah Mama.
Satu-satunya wanita yang paling mengerti keadaanmu,
Satu-satunya wanita yang menerima segala kekuranganmu,
Satu-satunya wanita yang memaafkanmu atas semua kesalahan,
Satu-satunya wanita yang tak kunjung henti mencintaimu,
Satu-satunya wanita yang tak pernah bosan mendo’kan keselamatan bagimu..
Mama, wanita yang sangat pantas kita perjuangkan.
Mama, wanita yang sangat pantas untuk kita hormati.
Mama, wanita yang sangat pantas untuk kita cinta setulus hati.
Mama, satu-satunya wanita yang
mengajarkanku apa itu kehidupan.
Sejak kecil, Mama selalu membisaakanku
untuk menjadi anak yang mandiri.
Aku sudah terbiasa mengerjakan
pekerjaan rumah sejak duduk di Sekolah Dasar.
Mama benar-benar mengajarkanku bagaimana menjadi anak yang mandiri.
Mamaku bukanlah seorang pengusaha, tapi dialah yang menanamkan bibit
“pengusaha” dalam jiwaku. Mamaku juga bukanlah seorang koki, tapi ia mampu
memberikanku makanan terlezat dan mengajarkanku memasak.Mamaku bukan seorang
dokter, tapi ia selalu menjagaku dan mengingatkanku pentingnya menjaga
kesehatan.
Sejak kecil, Mama menanamkan nilai-nilai yang baru kusadari sekarang
manfaatnya.
Sejak kecil, Mama juga telah mengajarkanku untuk hidup dalam
kesederhanaan.
Sejak kecil juga, Mama telah mengajarkanku apa itu berbagi dan
bersyukur.
Saat ini, usiaku akan menginjak 19 tahun dan aku sudah tinggal terpisah
dengan orang tuaku sejak berusia 16 tahun, pada saat aku merantau sebagai
mahasiswi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, almamater kebanggaanku.
Hidup jauh di Ibu kota dan jauh dari orang tua.
Tentu, aku yakin.. tak hanya Mama, tapi juga Papa pastilah sangat cemas
akan kondisiku.
Bagaimana kondisi keuanganku, cukupkah untuk memenuhi kebutuhanku.
Bagaimana kondisi perkuliahanku, apakah aku mampu memahami dengan baik.
Bagaimana pertemananku, apakah aku bisa berkomunikasi dengan baik.
Aku juga cemas.. jika kedua orang tuaku selalu dibebankan dengan
pemikiran seperti itu, yang hanya bisa membuatnya gelisah. Aku tak pernah
berhenti memikirkan, bagaimana caranya untuk meyakinkan mereka bahwa aku
baik-baik saja. InsyaAllah aku bisa menjaga diriku di tengah hingar-bingarnya
Ibu kota. Hingga suatu hari, bertepatan dengan hari ulang tahun Papa yang ke-
43 tahun, dan dua bulan setelah ulang tahun Mama. Aku mengirimkan sebuah
bingkisan untuk mereka, sebagai hadiah ulang tahunnya. Aku tak punya apa-apa,
aku hanya mampu memberikan sebuah buku untuk Papa, dan kain batik untuk Mama,
serta sepucuk surat untuk keduanya, yang berisi :
Untuk Mama & Papa tercinta,
di Palembang
Terima kasih karena selalu hadir untukku,
terima kasih karena telah membesarkanku, terima kasih telah mencintai dan
menyanyangiku sepanjang waktu. Terima kasih sudah mengingatkanku ketika aku
salah, mengajarkanku hal-hal berharga dalam hidupku. Ada banyak ucapan kata
“terima kasih” yang mungkin tak semua bisa kutuliskan di sini. Tapi aku sangat
bersyukur, ketika Dia menghadirkanku dua malaikat yag sangat aku cintai dan
sayangi, Mama dan Papa.
Walaupun jarak membuat batas di antara kita,
tetapi aku tak pernah berhenti untuk mencintai dan menyayangimu dibatas ruang
dan waktu. Mendoakanmu di setiap sujudku. Jarak ini semembuatu cemas, gelisah,
mungkin aku tak pernah mengutarakannya kepada kalian. Tapi, hal-hal it selalu
aku rasakan. Tapi aku percayakan dan aku titipkan do’aku agar mama dan papa
selalu dilindungi oleh-Nya, dalam setiap langkah, dalam setiap nafas.
Aku tahu, mama dan papa juga sangta
mengkhawatirkanku. Tapi yakinlah, jangan cemas, gelisah, dan khawatir yang
hanya menambah beban. Percayalah bahwa anakmu ini bisa menjaga diri. Jarak ini
membuatku semakin belajar, bagaimana menjadi sosok yang tegar, memahami orng
lain, berbagi, bersyukur, mandiri, mengatur diri, dan banyak hal lain yang aku
pelajari selama merantau. Do’a-do’a kalianah yang membuatku kuat dan mampu
bertahan.
Mama, Papa…
Mohon maaf jika anak sulungmu ini belum bisa
memberikan apa-apa, belum bisa membalas semua kasih dan sayang yang tak bisa
aku hitung jumlahnya. Maafkan aku yang beum bisa memahami kalian, yang masih
keras kepala, yang mudah marah, ngambek, sering berantem dengan lala, belum bisa
menjadi kakak yang baik, nakal, melanggar aturan, membuat mama dan papa sedih
juga kecewa. Masih banyak kesalahan yang aku perbuat, tapi aku memohon maaf
serendah-rendahnya hatiku dan setulus jiwaku. Aku meminta maaf, karena membuat
mama dan papa bersedih dan mungkin pernah kecewa.
Tapi aku berjanji dan akan kubuktikan, bahwa
aku mampu membuat mama dan papa bahagia. Sabarlah, InsyaAllah tak lama lagi.
Aku akan terus berjuang menembus langit yang aku impikan, dimana hanya ada dua
alasan : karena hamba yang mencintai Tuhannya, dan sebagai anak yang mencintai
kedua orang tuanya.
Tepat pada tanggal 20 Maret 2017, pada saat mama
berulang tahun yang ke-45. Aku meniatkan diriku untuk belajar menutup auratku
sebaik-baiknya. Aku mulai mengenakan khimar dan gamis, berpakaian sesuai
syariat-Nya. Selain niat karena Allah, aku juga ingin belajar menjadi hamba-Nya
yang sebenar-benarnya. Aku juga ingin menghadiahkan surga-Nya untuk mama dan
papa. Belajar menjadi anak sholeha, sholat tepat waktu, membaca al-Qur’an,
mengerjakan sholat sunnah, bersedekah, berkumpul dengan teman-teman yang bisa
menuntunku ke surge. Semua itu aku hadiahkan, semua usaha yang aku lakukan,
membangun surga untuk Mama dan Papa.
“Jauh di seberang sana, aku merindukan kalian”-
Fayna Faradiena
“Semoga do’aku yang menjaga Mama & Papa”-
Fayna Faradiena
Selasa,
16 Mei 2017
With Love,
Fayna Faradiena
Walaupun judul tulisanku “Kado
Terindah untuk Mama”, aku juga tak lupa akan sosok pria yang pertama kali
membuatku jatuh cinta, Papa. Sosok lelaki yang juga tak pernah berhenti
mencintaiku, melindungiku, dan mengorbankan apapun untukku. Ketika aku menulis
surat itu, aku belajar untuk menjadi anak yang romantis. Belajar menjadi anak
yang tidak gengsi untuk mengungkapkan rasa cintaku untuk kedua orang tuaku.
Dari sepucuk surat itulah, aku mengutarakan bahwa hijrahku adalah kado terindah
untuk Mama, dan juga Papa tercinta.
Fayna Faradiena
Selasa, 30 Mei 2017
#Day4 #RamadhanInspiratif
#Challenge #Aksara
#30HariMenulis
Comments
Post a Comment