Dina’s Journey : Sunrise di Gunung Munara



Sebenarnya lebih tepat dikatakan Bukit, namun masyarakat lebih mengenalnya dengan Gunung Munara, terletak di Kabupaten Bogor, gunung ini memiliki tinggi 1119 mdpl berhasil kami taklukan dengan waktu tempuh dua jam. 



Sebelumnya, perkenalkan kami dari Gerakan Banten Mengajar, sebuah non-government organization (NGO) yang sedang mengadakan kegiatan sejenis Malam Keakraban untuk para calon pengajar Banten Batch 3. Waktu itu kami berkumpul di Ramayana Ciputat dengan menyewa angkutan umum untuk mengantarkan kami ke lokasi, hari sudah terlalu larut. Entahlah memakan waktu tempuh berapa lama, karena tak sempat melihat jam. Setiba disana, waktu menunjukkan lewat dari tengah malam. Kami pun beristirahat sejenak sebelum mendaki Gn. Munara. Sekitar pukul 02:00 WIB dini hari, kami pun berkumpul untuk briefing, pemanasan, dan berdo’a agar diberikan kelancarakan dalam kegiatan ini. Berbekal tas berukuran medium dipunggung, memakai coat berwarna hitam, dan senter di tangan kanan menjadi perbekalan saya menuju puncak Munara. 

Ini adalah kali pertama saya mendaki gunung. Pukul 02:30 WIB kami mulai menyusuri jalan-jalan setapak, kira-kana gelap gulita, tak terlihat apa-apa. Lampu senter hanya ku fokuskan untuk menyoroti jalanan setapak itu. Bayangkan, bagaimana bisa mendaki gunung nan terjal itu dengan keadaan sangat minim penerangan. Namun kami jalan saja, sembari menggenggam tangan teman yang ada di depan dan di belakang. Jalanan berbatuan, curam, terjal, licin, menjadi tantangan kami dalam perjalanan itu. Belum ditambah dengan dinginnya udara yang menembus hingga merasuk tulang. Dengan kesabaran dan perjuangan yang luar biasa, tibalah kami di puncak Gn. Munara, sebenarnya aura gunung ini sedikit mistis. Karena banyak orang yang menjadikan gunung ini sebagai lokasi ziarah, karena terdapat makam di atasnya. Namun tujuan kami berbeda, kami hanya ingin menikmati sunrise di puncak Munara bersama-sama. 

Sembari menunggu matahari terbit, kami menunaikan sholat subuh di atas gunung, bergelarkan alas yang kami punya. Setelah itu kami mengeluarkan perbekalan yang ada sambil bertukar cerita. Pada saat itu Bang Angger, salah satu Founder Banten Mengajar bertanya kepada kami tentang apa makna dari kegiatan ini?. Bahwasanya kegiatan ini mengajarkan kami bahwa, fokus merupakan salah satu kunci yang bisa menghantarkanmu ke puncak. Jangan terus melihat ke belakang, tapi lihatlah terus ke depan, berusahalah untuk mencapainya. Hingga pada saat engkau berada di puncak, barulah merasakan “aku tak menyangka ternyata ini alur yang aku lewati semalam suntuk”. Ya, itulah yang kami dapati, pada saat mendaki puncak. Kami sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan sekitar kami, gelap sama sekali tak tapak apa-apa selain cahaya dari senter yang menyala. Namun, ketika matahari terbit semuanya tampak, kami tak pernah menyangka ternyata bisa mendaki dengan keadaan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. 



Untuk mencapai tujuan, langkahkan kaki terus ke depan. Masa lalu cukup dijadikan pembelajaran. Jangan pikirkan bahwa itu sulit untuk kau gapai. Maju saja, dan terus maju. Hingga akhirnya kesulitan itupun berhasil kau lewati“ Fayna Faradiena




#Day21 #RamadhanInspiratif #Challenge
#30HariMenulis #Aksara

Fayna Faradiena

Comments