Menjadi Pengajar Banten (Part III)
Menandur di Sawah
Minggu pagi, aku sudah berjanji ke Ibu Heni.
Aku ingin ikut pergi ke sawah untuk menandur (menanam padi), sungguh perjalanan
yang mengagumkan pada saat menuju sawah. Aku sangat takjub, desa ini begitu
kaya, begitu luasnya hamparan hijau membentang. Dari sawah inilah yang menjadi
sumber utama masyarakat Sinarjaya memenuhi kebutuhan pangannya. Untuk sampai di
sawah, kami melewati kebun, hutan, hingga menyebrangi aliran sungai kecil. Aku
tak mengeluh sedikit pun walaupun sebenarnya sulit, justru aku amat senang
diajak berpetualang bersama Ibu Heni. Kerap kali Ibu mengkhawatirkan aku, “Neng Dina hati-hati” ucap Ibu Heni kerap
kali mengatakan itu padaku. Setibanya aku di sawah, ibu-ibu disana heran
kepadaku dan berkata “Neng mah dari kota
ngapain atuh capek-capek ke sawah, nanti jadi hitam loh Neng”, aku pun
menjawab dengan sedikit heran “Ibu, saya
kesini memang saya yang menginginkan, saya ingin belajar menandur bersama
ibu-ibu, ayuk Bu” ucapku. Ibu-ibu itupun senang dan menyambutku dengan
kasih sayang, mereka mengajarkanku bagaimana menanam padi yang baik dan benar.
Aku sangat senang sekali akan pengalaman ini. Aku tidak pernah sebahagia ini.
Aku sangat bersyukur dipertemukan dengan masyarakat Sinarjaya yang begitu baik
padaku dan mengajarkan aku untuk selalu bersyukur bagaimana pun keadaan yang
ada.
Singkat
cerita, 21 hari itu pun telah aku lalui..
Begitu
banyak suka dan duka,
Begitu
banyak pelajaran yang aku dapatkan dari masyarakat dan anak-anak Sinarjaya
Mereka
memang merasa tak memiliki apa-apa, namun bagiku mereka sangat luar biasa
Mereka
memiliki hati dan jiwa yang begitu besar, begitu mulia
Anak-anak
SDN 01 Filial Girijagabaya, mereka punya motivasi yang kuat untuk belajar
InsyaAllah
anak-anakku ini kelak akan berhasil menggapai mimpinya…
Mereka
adalah anak-anak yang cerdas,
Mereka adalah
anak-anak yang juga berhak memiliki mimpi dan masa depan
Walaupun
memiliki keterbatasan,
Tapi aku
yakin anak-anak ini kelak akan meraih bintang impiannya, seperti apa yang
mereka tuliskan di “Baju Masa Depan”, sebuah program yang aku buat bersama anak-anak,
untuk menuliskan cita-cita mereka di kerta berbentuk baju yang sudah
disediakan, lalu kami tempel di kobong, agar mereka selalu mengingatnya.
21 hari
mengukir kisah,
Sebenarnya
tidak cukup bagiku, ingin rasanya bisa terus bersama anak-anakku
Tapi
sayang, aku juga masih mempunyai mimpi yang harus aku gapai.
Untuk
anak-anak didikku di SDN 01 Filial Girijagabaya,
Yakinlah kelak
aku akan datang kembali…
Tertawa
bersama lagi, mengukir kisah kembali..
Lewat
pembelajaran ini,
Aku
mengerti apa itu perjuangan
Aku
mengerti apa itu syukur..
Ternyata
keterbatasan bukanlah sebuah alasan untuk berhenti berusaha
Jangan
jadikan keterbatasan sebagai pengahalang untuk berkarya, karena semua itu ada
di dalam diri kita, hati kita, pikiran kita..
Malu, aku
sangat malu… disaat kita mendapatkan apa yang kita inginkan, malah kita
menyia-nyiakan kesempatan itu, sedangkan mereka anak-anak SDN 01 Filial
Girijagabaya harus berusaha ekstra untuk mendapatkan pendidikan.
Disini juga
aku diajarkan apa itu arti syukur, bagaimana setitik nikmat yang didapat akan
mendatangkan kebahagiaan, apabila kita bersyukur.
Aku sangat
bersyukur bisa terlibat dalam program ini, bagiku ini adalah kontribusi nyataku
untuk negeri. Bagiku perubahan itu tidak selamanya harus dituntut, tetapi
sejauh apa kita bergerak untuk melakukan perubahan?
Saya Fayna
Faradiena, sebesar-besarnya dan serendah-rendahnya hati saya mengucapkan terima
kasih anak-anak SDN 01 Filial Girijagabaya, masyarakat Desa Sinarjaya, Bapak
Rukiyat, dan Gerakan Banten Mengajar yang telah memberikan aku kesempatan untuk
belajar, bagaimana menapaki kehidupan melalui program Banten Mengajar. Ayo
terlibat!
#30HariMenulis
#Challenge #Aksara
Fayna Faradiena
Comments
Post a Comment