Mutiara di balik Terumbu
“Ketika
aku berbicara tentang rasa dan cinta (sebagai seorang muslimah)”.
Ada satu hal, yang membuatku
menjadi sosok yang aneh (bagi mereka).
Bagaimana bisa mereka tersentak
kaget, ketika mengetahui bahwa “aku tidak pernah pacaran”.
Jujur saja, aku sangat bangga
mengatakan “kalimat” tersebut.
Sebagai seorang muslimah, aku
sangat bangga, karena aku menjaga diriku karena Tuhanku.
Tapi tidak dengan sebagian
manusia lainnya, mereka bilang bahwa aku adalah wanita yang memprihatinkan. Tak
memiliki seseorang untuk mendampingi disaat sedih dan gelisah, tak ada bahu untuk
bersandar. Ya! Itu kata mereka. Tetapi tidak bagiku.
Sungguh, jika aku boleh
mengatakan, aku merasa sangat beruntung dan bahagia, ketika Tuhanku menjauhkan
aku dari perbuatan dosa (re: pacaran).
Sebagai seorang wanita, aku tak pernah kehilangan “bahu” yang katanya untuk
bersandar dikala sedih.
Aku punya Allah, tak ada satupun
hal yang tak Dia ketahui di dunia ini, Dia-lah Sang Pencipta. Aku tak pernah
kehilangan kasih dan sayang, karena dengan mengingat-Nya aku merasa seperti
wanita yang paling bahagia, karena berjuang meraih cinta-Nya.
Untuk saudari muslimahku,
Yakinlah bahwa Allah sangat
mencintai kita.
Ketika manusia bisa berkhianat,
hal itu tidak berlaku pada-Nya.
Allah
tidak pernah mengingkari janjinya, jika kita ingin berjuang meraih cinta-Nya.
Ketika
kamu bersedih, karena tak ada seorang pria yang mampu menghiburmu dan menghapus
duka.
Jangan
bersedih! (La tahzan)
Allah
bersama kita (Innallahaa ma’ana)
Yakinlah
bahwa ada Allah, yang mampu menenangkan hati kita.
Akan
sedikit kukisahkan,
Mengapa
aku lebih memilih “sendiri”, hingga Ia mempertemukanku dengan seorang imam di
masa depan. Aku tak pernah pacaran, dan aku tidak akan pernah memilihnya. Lagi-lagi
mengapa? Karena aku tidak ingin mengingkari dan mengecewakan-Nya.
Aku
memilih sendiri, bukan berarti aku “kuper”
(kurang pergaulan).
Pertemananku
luas, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera, Makassar, Bali, bahkan hingga
ke mancanegara. Tapi, lagi-lagi aku memilih sendiri. sembari memperbaiki diri..
Karena aku yakin, yang tepat akan
datang di waktu yang tepat pula.
Aku
tak pernah takut, jodohku akan tertukar. Yang aku takutkan adalah ketika maut menjemputku, tapi amalku belum
maksimal.
“If something is destined for you, never in a million
years will it be for somebody else” – via (Quotes ‘nd Notes)
Sebagai
seorang muslimah, aku berprinsip… sebuah prinsip yang aku analogikan seperti
mutiara. Untuk mendapatkan mutiara, itu tidaklah instan. Perlu untuk menyelami
lautan, dan menerjang ombak, untuk sebuah mutiara. “Sulit digapai, namun bernilai”.
Mutiara
pun tak jatuh disembarang tangan.
Mutiara
akan jatuh pada tangan yang melihat bahwa “mutiara” ini bernilai. Karena ia
tahu, mutiara inilah sesungguhnya mutiara.
Begitupun
juga dengan kita, sebagai muslimah.
Jagalah
diri kita, hati kita, niat kita.
Lagi-lagi
kita kembalikan semua pada-Nya, termasuk urusan pilihan hati.
“Pemegang skenario
kehidupan adalah Allah, maka minta dan berharaplah dengan iklhas bagaimana
jalan cintamu pada-Nya” – dikutip dari
buku “Jatuh Cinta Tak Pernah Salah”
#Day13
#RamadhanInspiratif
#30HariMenulis
#Challenge #Aksara
Fayna Faradiena
Comments
Post a Comment