Kronologi Sebuah Kebohongan
Untukmu yang sedang membaca tulisan ini,
Sebaiknya bertanya terlebih dahulu pada hati dan diri :
"Benarkah bahwa aku sedang baik-baik saja?"
Sebab...
Kita tidak pernah tahu,
Kronologi di balik sebuah senyuman itu,
Ku rasa dia telah berbohong,
Ya. Bagaimana bisa dia katakan bahwa dia baik-baik
saja…
Coba kau perhatikan dan tatap matanya, seakan ingin menjerit..
Lihatlah pula ada air mata yang membendung itu,
Namun ia tahan, agar tak sampai jatuh membasahi
pipinya..
Mungkin di hadapan manusia
Ia akan selalu berusaha untuk tampak tegar dan bahagia
Tak peduli masalah apa yang sedang menimpa dirinya,
Ia hanya tak ingin, membekaskan luka dan duka pada
insan-insan yang hadir dalam hidupnya
Padahal, aku tahu, dirinya lemah..
Namun, sekuat apapun dia.. tetap ada tangisan yang
menemani
Di setiap akhir sujud dan bait-bait do’a yang ia
lirihkan..
Setegar apapun dia, air matanya tak kuasa terbendung
lagi saat bersimpuh pada-Nya
Karena dia tahu, sebaik-baiknya tempat untuk
mengeluhkan semua kesahnya…dan
Ia juga tahu, sebaik-baiknya pendengar adalah Dia Yang
Maha Pendengar..
Dia Yang Maha Pengasih, memeluknya dalam setiap
keadaan.
Baginya, cukup Allah, cukup Allah, cukup Allah..untuk
segala bentuk urusan dunia dan akhiratnya
Ya begitulah..
Kronologi sebuah kebohongan,
Yang aku, kamu, ataupun mereka buat..
Untuk tetap kuat, sabar, dan pantang untuk mengatakan “aku
tidak bisa”
Untuk kalian yang selalu berusaha,
Berusaha untuk membahagiakan orang lain,
sampai lupa bahwa diri ini pun berhak untuk
dibahagiakan..
Semoga setiap kebohongan yang kau buat, bahwa “engkau
baik-baik saja”..
Aku yakin, Allah yang akan menggantikan semua
tangismu, dengan kebahagiaan pada akhirnya.
Bersabarlah.
Al-Qur’an al-Kareem (QS.
Ali-Imran [3]: 139)
139. janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah
orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.
Jakarta, 29 Agustus 2018
Fayna Faradiena
Comments
Post a Comment