Benarkah Organisasi Menghalangi Prestasi Akademik ?



Banyak yang setuju bahwa bergabung di organisasi memiliki banyak manfaat bagi individu yang secara langsung juga berdampak pada sosial. Namun,  ada sebagian lainnya yang menganggap bahwa memiliki banyak kesibukan di organisasi dapat menghambat prestasi akademik seseorang. Mungkin beberapa kalimat di bawah ini dapat merepresentasikan situasi berorganisasi .

Anak organisasi itu kegiatannya ga pernah habis-habisnya


Sibuk banget


KURA-KURA : kuliah rapat, kuliah rapat


Kuliahnya jurusan UKM apa?


 “Pulang malem mulu


Itu tuh aktif di organisasi tapi ga lulus-lulus


Pinter orasi doang, di kelas diem


Terlalu sibuk di organisasi bisa ganggu pembelajaran dan mustahil deh unggul dalam bidang akademik


Pertanyaannya adalah, “Apa memang seperti itu? benarkah organisasi menghalangi seseorang untuk berprestasi akademik?


Jika memang “Iya”, maka pertanyaan kedua berbunyi “Tapi kok ada yang aktif di organisasi juga berprestasi dalam hal akademik ?



Loh kok bisa?

Karena organisasi tak sedikit pun menghalangimu untuk belajar dan berprestasi.

Bukankah apa yang kita petik sesuai dengan yang kita tanam?


Mungkin sebagian dari kita yang membaca artikel ini memiliki banyak sekali teman dan senior yang memiliki segudang prestasi, namun juga aktif berorganisasi. Aktif yang dimaksud bukan hanya sekadar gabung, atau ikut-ikutan saja ya, melainkan benar-benar menjalankan kewajiban yang seharusnya, benar-benar total dalam melaksanakan social project atau programme lainnya yang mendatangkan kebermanfaatan untuk banyak orang. Luar biasa bukan?



Well, sebelum berdiskusi lebih dalam, tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi, silahkan dipetik yang baiknya jika ada. Jika tidak,  mohon saran dan pengembangan tulisan ini dengan cara memberikan komentar di akhir artikel (kolom komentar).


Baikah. Siap-siap.

Kita mulai untuk membahas pertanyaan sebelumnya :



Jawabannya adalah “Iya”, jika :

#1
Kamu belum mampu mengatur waktumu sebaik mungkin

#2
Memiliki banyak alasan untuk sebuah penundaan

#3
Kamu belum bisa mengorganisir prioritas

#4 
Kamu masih tergoda dengan yang namanya “leha-leha

#5
Kamu masih mudah mengikuti pengaruh teman (pengaruh yang dimaksud adalah “kemana aja diajak kawan mah hayu”)

#6
Kamu masih mikir “besok hangout kemana” daripada mikir “besok perubahan apa yang harus saya buat"

#7
Kamu salah niat masuk organisasi. Karena berorganisasi bukan hanya sekadar mempercantik CV, namun berdasarkan ketertarikan yang bertujuan membuahkan kebermanfaatan. 


Poin-poin di atas saya tulis bukan berarti saya tidak melakukan itu semua, melainkan saya pernah melakukan itu. Ya, maka dari itu saya jadikan evaluasi, agar generasi selanjutnya yang membaca ini tidak terjebak pada kesalahan yang sama. Maka dari itu berikut poin-poin yang rangkum berdasarkan pengalaman pribadi, tidak mustahil untuk seimbang antara organisasi dan akademik, JIKA ...

#1
Memiliki daily-planner atau minimal weekly/monthly planner, karena ini akan membantumu
untuk merancang aktivitas

#2
Usahamu harus di atas rata-rata, say “NO" to leyeh-leyeh manja

#3
Kamu tahu mana “hal” yang harus kamu dahulukan (skala prioritas)

#4
Kamu memiliki tujuan, karena mereka yang memiliki target di masa mendatang sadar bahwa organisasi dan prestasi akademik adalah dua hal yang sama-sama penting.

#5
Tidak menghabiskan waktumu untuk hal-hal yang bersifat senang-senang semata

#6
Kamu berani bilang “TIDAK” untuk berbagai penawaran yang datang, jika memang kondisimu sangat tidak mendukung (jangan dipaksakan kalau memang tidak bisa, apalagi beralasan "gak enakan").

#7
Komunikasi dengan orang tua, hal ini juga mencakup kejujuran, pastikan mereka tahu aktivitas apa saja yang kamu lakukan. Mintalah ridho dari mereka, karena seiring dari ridho orang tua ada keberkahan dan kelancaran dalam setiap aktivitas yang kamu jalani.

#8
Jangan banyak berharap, tapi banyakin usaha dan do’a.


Kedelapan poin yang saya rumuskan tersebut merupakan prinsip yang saya pegang dalam hal kuliah dan organisasi. Alhamdulillah, it works for me.


Sedikit cerita tentang pengalaman saya menerapkan prinsip tersebut:


Selama empat tahun perkuliahan, saya aktif di beberapa organisasi (total 7 organisasi, tapi diantara 7 itu hanya dua yang benar-benar saya tekuni). Padatnya kegiatan dan juga tugas-tugas membuat saya harus mengorbankan waktu utuk tidur dan liburan (honestly, rarely do I go somewhere for having holiday or wasting my time because I prefer to do something productive). Perlu diingat bahwa sesibuk apapun kamu, tidak sedikitpun melalaikan kewajibanmu sebagai hamba-Nya dan berkomunikasi dengan orang tuamu. Apa yang saya lakukan waktu itu adalah, saya akan berusaha seoptimal yang saya bisa, jika hasilnya pun belum sempurna atau tampak salah di mata manusia, percayalah Tuhanmu yang lebih tahu balasan terbaik untukmu

Semenjak saya membagi tugas antara akademik dan organisasi, saya juga menjadi pribadi yang lebih realistis, untuk tidak banyak berharap, tapi saya berusaha untuk membayar impian yang saya inginkan, dan ini hasilnya :






Berdasarkan kisah singkat saya, tentu saya bukanlah seorang contoh apalagi inspirator yang baik dalam hal ini, karena dalam sisi penerapan pun saya akui masih banyak kekurangan. Tidak sedikit pun bermaksud riya’. Melainkan, saya hanya ingin membuktikan dan secara tidak langsung ingin mematahkan paradigma yang selama ini mungkin keliru, sehingga tidak sedikit orang yang jadinya takut masuk organisasi, bahwa organisasi bisa menghambatmu berprestasi.


Gabunglah di organisasi, karena di tempat itu
 ada values yang mungkin tidak kamu dapatkan di bangku perkuliahan.
Boleh diingat bahwa kamu adalah orang yang paling bertanggung-jawab akan dirimu,
 maka untuk hasil yang kamu inginkan, kamu pun bertanggung-jawab untuk mengusahakannya”


Fayna Faradiena




Bersama delegasi PSM UIN Jakarta di Colombo, Sri Lanka (Oktober 2017)


Oya untuk menerapkan kedelapan poin tersebut, semoga prinsip ini mampu memotivasi kamu, dan catatan terpenting adalah semoga niat kita untuk berorganisasi dan berprestasi adalah hanya semata karena-Nya.


"Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu
setelah banyak kesabaran (yang kau jalani),
yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa
betapa pedihnya rasa sakit"


Ali bin Abi Thalib



  Pembacaan Prasetya Sarjana Wisuda ke -110 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (3 November 2018)



Pare, 26 Februari 2019


Fayna Faradiena

dariku orang biasa yang punya mimpi luar biasa


Comments

  1. Ini baru anak muda zaman now, ayo semangat

    ReplyDelete
  2. Cara penulisannya aja mbak antar bold dan norma, munngkin dirapihin lagi, di mata saya kurang nyaman

    ReplyDelete
  3. Pengalaman pribadi yang menginspirasi
    Mantul 👍

    ReplyDelete
  4. Inspiratif. Cocok dibaca mahasiswa baru nih Kak 👍

    ReplyDelete
  5. Huruf per huruf, kata per kata, kalimat per kalimat, paragraf per paragraf, saya tidak menemukan hal lain kecuali keikhlasan dalam menulis hal tersebut. Tidak banyak orang menulis sampai pada titik itu, dan Dina berhasil melakukannya. Bukan hanya bermanfaat realita, tapi tulisannya berhasil menyirami jiwa yang selama ini tengah dahaga

    ReplyDelete

Post a Comment